Sabun Kalsium, Solusi Kurangi Impor Susu Indonesia

Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk samping dari proses penyulingan minyak kelapa sawit, mengandung sekitar 80% asam lemak bebas. Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia menghasilkan PFAD dengan jumlah yang tidak sedikit, namun produk tersebut sebagian besar hanya diekspor tanpa pengolahan lebih lanjut. Padahal dengan kandungan asam lemaknya yang tinggi, PFAD dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pada berbagai industri, salah satunya adalah industri pakan.

Sabun kalsium adalah suplemen pakan hewan memamah biak, khususnya sapi perah, yang diperoleh dari reaksi antara asam lemak dengan batu kapur. Pakan jenis ini sudah cukup terkenal di beberapa negara seperti Amerika dan Inggris, namun belum umum digunakan di Indonesia. Kombinasi kandungan lemak dan kalsium pada pakan tersebut telah terbukti memberi banyak manfaat seperti meningkatkan produksi susu dan fertilitas pada sapi.

Jika dilihat pada ketersediaan bahan baku yang melimpah serta manfaat yang ditawarkan, teknologi produksi sabun kalsium sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Selain dapat mendukung sektor peternakan, produksi sabun kalsium juga akan membantu sektor perindustrian dalam peningkatan nilai jual PFAD serta pemenuhan kebutuhan susu domestik oleh sapi perah lokal. Saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi 23% kebutuhan susu domestik, sedangkan Kementerian Perindustrian memasang target pada tahun 2025 kebutuhan tersebut dapat terpenuhi hingga 60%.

Saat ini, penelitian terkait pengembangan teknologi produksi sabun kalsium sedang dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin Dr. Lienda A. Handojo dari Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit Indonesia sejak tahun 2016. Penelitian ini telah melalui beberapa tahapan, dimulai dari penentuan kondisi operasi pada skala lab, karakterisasi produk, pengujian secara in vivo kepada sapi perah lokal, hingga pengembangan skala produksi. Pada pengujian langsung kepada sapi, diperoleh bahwa setelah pemberian sabun kalsium selama 90 hari, produksi susu sapi meningkat hingga 16%. Pengembangan teknologi produksi pada skala pilot menjadi fokus utama tim saat ini. Jika tahap ini telah berhasil, teknologi produksi siap diimplementasikan menjadi sebuah industri dan produk dapat dikomersialisasi.