Kontingen Teknik Kimia ITB Borong Dua Medali pada PIMNAS XXXIV

Meneruskan tradisi juara pada PIMNAS XXXIII setelah puasa gelar cukup lama, kontingen Teknik Kimia FTI ITB kembali menyabet medali pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXXIV yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.  Tidak tanggung-tanggung, tim yang terdiri dari kombinasi mahasiswa angkatan 2018 dan 2019 ini berhasil membawa pulang dua medali perak sekaligus dari dua judul yang berbeda. Pencapaian gemilang ini juga merupakan rekor baru bagi kontingen ITB. Tim pertama diketuai oleh Adhi Satriyatama (13018095) dan beranggotakan Ignatius Dozy Mahatmanto Budi (13018086), Hilya Nadhira Iman (13019054), dan Henry Susilo (13019096) yang dibimbing secara langsung oleh Wibawa Hendra Saputera, S.Si., M.Si., M.Sc., Ph.D., dosen dari KK Energi dan Sistem Pemroses Teknik Kimia. Sementara itu, tim kedua diketuai oleh Hilya Nadhira Iman dan hanya terjadi pergantian posisi anggota lainnya yang dibimbing oleh Dr. Khoiruddin, S.T., M.T., dosen dari KK Perancangan dan Pengembangan Proses Teknik Kimia.

Pada PIMNAS XXXIV kali ini, judul pertama yang diangkat adalah Pengembangan Katalis ZnO/Zeolit dari Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca dengan Teknologi Fotokatalitik. Permasalahan ini diangkat mengingat konsentrasi karbon dioksida di dunia yang terus mengalami peningkatan sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengonversi karbon dioksida menjadi senyawa kimia yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi. Selain itu, abu vulkanik Gunung Merapi yang saat ini belum diolah secara maksimal juga memiliki kandungan silika dan alumina yang potensial dikembangkan sebagai material zeolit untuk mendukung fotokatalis ZnO. Hasil inovasi teknologi fotokatalis dari kelompok ini menunjukkan hasil yang sangat baik terhadap produk metanol dan asam format, dua senyawa kimia penting dalam kehidupan sehari-hari.

Judul kedua yang diangkat adalah Potensi Kitosan dari Jamur Kayu (Ganoderma sp.) sebagai Agen Antifouling pada Membran Polietersulfon untuk Pengolahan Limbah Batik. Produksi batik masih menghasilkan banyak limbah cair dengan beberapa logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Salah satu material membran yang umum digunakan untuk pengolahan limbah cair adalah polietersulfon. Akan tetapi, hidrofilisitas dari material ini tergolong rendah sehingga rentan terhadap fouling. Tim ini memilih kitosan yang diambil dari jamur Ganoderma sp. sebagai agen antifouling dan terbukti dapat meningkatkan performa membran terhadap pengolahan limbah batik.

Serangkaian proses yang panjang harus dilalui oleh tim sejak pengajuan proposal. Dari hampir 68.000 proposal yang diajukan oleh ribuan perguruan tinggi di seluruh tanah air, tim ini berhasil terseleksi untuk mendapatkan pendanaan riset bersama dengan 5.432 tim lainnya. Pelaksanaan kegiatan riset sendiri sempat terkendala akibat peningkatan kasus Covid-19 secara signifikan pada Juli-Agustus lalu yang menyebabkan penutupan akses kampus. Kendal aini berhasil diatasi dengan taktis hingga agenda PKP2 (Penilaian Kemajuan Pelaksanaan PKM), semacam monitoring dan evaluasi oleh para dewan juri. Akhirnya, perwakilan dari Teknik Kimia ITB ini berhasil masuk ke PIMNAS bersama 735 tim dari 108 perguruan tinggi lainnya. Perjalanan belum selesai sampai ke PIMNAS saja. Tim ini harus membuat poster, artikel ilmiah untuk dimasukkan ke jurnal, dan studi lebih lanjut untuk memperkaya pemahaman akan inovasi yang dibawa. Evaluasi oleh juri pada PIMNAS XXXIV kali ini tergolong sangat komprehensif, baik secara administratif maupun kualitas konten. Namun, empat mahasiswa ini berhasil membuktikan bahwa mereka merupakan salah satu tim terbaik dalam ajang tahunan paling bergengsi di dunia mahasiswa Indonesia.

Tahun ini, PIMNAS XXXIV mengangkat tema “Menuju Indonesia Emas melalui Kolaborasi untuk Inovasi dalam Bingkai Kearifan Lokal’. Kearifan lokal menjadi kekayaan bangsa yang harus dikembangkan dalam rangka visi Indonesia Emas 2045. Harapannya, tradisi baik ini juga dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk terlibat langsung dalam riset dan inovasi dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.